Tuesday, January 17, 2006

Orang-orang Pilihan

Catatan Rabu Pagi 17

Selalu ada orang-orang pilihan yang "ditugaskan" untuk melawan arus. Tidak selalu untuk hal-hal besar dan muluk. Mungkin hanya untuk sebuah perlawanan seperti kasus SUTET. Romli dan Jajang menjahit mulut mereka dan melakukan aksi mogok makan. Terhitung sampai saat ini (17 Januari 2006), sudah 19 hari kedua orang pilihan itu melakukan aksinya. Luar biasa. Mereka terkapar dan mempertaruhkan nyawa untuk menuntut keadilan yang menjadi hak mereka; sebuah ganti rugi untuk pembangunan saluran udara tekanan ekstra tinggi di tempat mereka. Sampai hari ke-19, protes mereka tak membuat pemerintah tersentuh dan melakukan sesuatu meskipun keadaan Romli dan Jajang sudah kritis.

Di bagian lain dunia, kita bisa menyebut Evo Morales, presiden terpilih Bolivia yang memotong separuh gajinya untuk membuktikan secara nyata bahwa kekuasaan tidak membutakan matanya. Tentu ini masih menuntut pembuktian panjang selama ia menjadi Presiden Bolivia. Hal serupa dalam skala yang lebih kecil terjadi juga di Kecamatan Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan. Pemangku adat Kajang Dalam, Puto Pallasa, membongkar rumahnya agar menjadi lebih sederhana dan sama dengan rakyat kebanyakan begitu ia terpilih sebagai ammatoa atau pemangku adat sukunya. Ia melakukannya justru di saat hampir semua pejabat di Indonesia berlomba-lomba memperkaya diri begitu menduduki jabatan apa saja. Luar biasa. Pallasa adalah orang pilihan, sama halnya dengan Morales. Pallasa membuktikan kesungguhannya untuk hidup sederhana dan sama-sama mengalami apa yang dialami sukunya.

Di kalangan DPR kita yang begitu rakus akan kemewahan, muncul juga satu sosok bernama Jacobus Mayang Padang yang mengembalikan rapelan tunjangannya sebesar 50 juta rupiah. Jacobus juga jelas orang pilihan. Sama halnya dengan Jacobus yang dari PDI-P, di DPR juga ada Drajad Wibowo dari PAN, Nasir Djamil dan Andi Shalahuddin dari Partai Keadilan yang mengembalikan uang tunjangan sebesar 50 juta yang mereka terima ke masyarakat.


Mereka semua adalah orang-orang pilihan yang sangat sedikit di masyarakat kita. Romli, Jajang, Pallaso, Jacobus, Drajad, Nasir, dan Andi. Jumlahnya memang hanya beberapa gelintir orang dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang 250-an juta orang. Tapi merasakan keberadaan mereka, melihat mereka ada, mendengar cerita mereka, saya merasa mendapat semacam kekuatan untuk terus berharap: akan masa depan yang lebih baik bagi rakyat Indonesia.

Ini adalah awal tahun. Saya rasa memulai awal tahun dengan inspirasi orang-orang pilihan seperti mereka, mungkin akan bisa menggerakkan kita semua untuk berani bersikap, untuk berani mengambil keputusan, dan untuk berani melawan arus yang tidak benar. Mari memerdekakan diri dari segala bentuk keserakahan, kerakusan, dan kesewenang-wenangan!

frg