Tuesday, December 13, 2005

Saat Merenung

catatan rabu pagi #13

Rabu ini, tanggal 14 desember 2005. Tanpa terasa tahun 2005 segera akan berakhir. Dua pekan lagi, persisnya. Waktu seperti berlari setiap kali kita memasuki sebuah penghujung tahun. Entah sudah berapa banyak hari-hari yang melelahkan, hari-hari yang menggembirakan, hari-hari yang menyedihkan, hari-hari penuh kemarahan, hari-hari stress, hari-hari penuh gairah, yang telah kita lalui. Kita mungkin sudah melupakan dan membuangnya ke keranjang sampah memori. Kita terlalu lelah dan penuh untuk membiarkan segala kenangan hidup di otak kita. Saya yakin Anda pasti tidak banyak ingat peristiwa yang Anda alami pada hari yang sama setahun yang lalu. Atau bahkan sebulan yang lalu di hari yang sama. Hanya peristiwa-peristiwa yang sangat penting atau sangat berkesan atau sangat luar biasa sajalah yang hidup cukup lama di memori kita.

Setiap peristiwa yang berlalu segera menjadi kenangan yang hanya hidup di memori kita dan memori orang-orang yang ada dalam peristiwa itu. Mungkin memori itu hanya hidup satu-dua bulan saja, kecuali memori dan ingatan kita memang sangat kuat. Kita tak bisa menghadirkan kembali satu peristiwa masa lalu di kekinian. Kenyataan ini mungkin yang memunculkan fantasi atau obsesi pada mesin waktu (time machine) dalam buku-buku atau film-film science fiction. Kita tak memiliki kekuasaan atas waktu. Tidak secuil pun. Kita ada di dalam waktu. Waktu berkuasa sepenuhnya atas diri dan hidup kita. Kita hanya bisa mengisi waktu yang disediakan untuk kita sebaik-baiknya. Jadi waktu sebenarnya adalah sebuah ruang ekspresi yang disediakan untuk kita semua. Untuk mengekspresikan diri dan perbuatan kita. Untuk mengekspresikan karya dan pemikiran kita. Kita bisa memakai ruang ekspresi itu untuk apa saja. Kita bisa mengekspresikan kebaikan, kita juga mengekspresikan kebejatan.

Apa yang sudah kita capai selama setahun ini? Biasanya, orang-orang memanfaatkan waktu di penghujung tahun untuk merefleksikan waktu-waktu yang telah menjadi ruang ekspresi kita selama satu tahun. Pemikiran, evaluasi, refleksi, atau hanya sekadar mengingat-ingat. Seharusnya kita memang melakukannya, tapi ini pun tidak mudah. Kita lebih suka memilih berlibur dan berpesta di akhir tahun, dan cenderung memilih mencoba melupakan apapun yang telah kita alami selama satu tahun. Yang LALU biarlah BERLALU. Tentu saja kata-kata bijak itu telah diterapkan untuk satu situasi yang keliru. Kata bijak itu mengajarkan agar kita tidak mendendam, tidak mutung dan terpuruk dalam penyesalan, dan tidak terpenjara dalam masa lalu. Kata bijak itu bukan mengajarkan kita agar tidak berpikir tentang masa lalu. Masa lalu tetap harus dianalisa dan dievaluasi sebagai ruang ekspresi kita. Dengan cara ini, kita akan bisa menjadikan waktu sebagai ruang ekspresi yang lebih baik di masa mendatang.
Akhir tahun memang seharusnya menjadi saat merenung yang serius tentang diri dan hidup kita. Kita bisa saja hidup sekadar mengalir dan menggelinding tanpa tujuan apapun, tapi kita hanya bisa hidup mengalir dan menggelinding setelah kita tahu persis makna hidup kita dan makna keberadaan kita sendiri. Sayangnya, kebanyakan kita rupanya terlalu suka menyalahkaprahkan kata bijak dari orang-orang bijak. Kata bijak tentang hidup yang mengalir dan menggelinding pun lalu jadi pembenaran terhadap kemalasan dan ketidakpedulian terhadap apapun. Jadi, marilah kini kita bersama-sama merenung di akhir tahun ini agar hidup kita lebih baik di tahun mendatang. (frg)