Matinya Tukang Gorengan
Ia hebat karena penderitaannya sebagai rakyat kecil adalah penderitaan yang memungkinkan seorang diktator seperti Soeharto atau Marcos terus berkuasa sampai kematian merenggut nyawa mereka. Berkat penderitaan merekalah, para diktator bisa berpesta pora menghamburkan kekayaan negara yang kemudian melahirkan gerakan-gerakan perlawanan dari para pembela rakyat. Dalam mata rantai ini, rakyat seperti tukang gorengan yang mati bunuh diri lalu pantas menyandang gelar martir bagi kehidupan yang lebih baik. Memang, nasib mereka diperjuangkan, dijadikan pertaruhan politik, atau ditindas secara kejam seolah merekalah kaum lemah paling tak berdaya. Tapi sebenarnya merekalah yang paling kuat. Merekalah yang paling kuat menghadapi penindasan dan penderitaan, merekalah yang paling kuat menahan badai kerusuhan politik. Mereka jelas menjadi korban dalam banyak lapisan peristiwa yang didalangi oleh para elit politik, tapi mereka tetap bertahan.
Seorang tukang gorengan juga sama hebatnya dengan Munir atau Marsinah karena api semangat perjuangan seorang Munir atau seorang Marsinah bersumber dari rakyat kecil seperti tukang gorengan itu. Nasib dan kehidupan merekalah yang mengobarkan darah perlawanan seorang pejuang kemanusiaan. Cerita perjuangan orang-orang semacam Munir atau Marsinah tak
Setelah tiga-empat kali ngobrol, mungkin bayangan seperti ini akan terbangun di benak Anda: “Tukang gorengan hidup di rumah petak kontrakan di daerah yang kumuh dan sumpek, ia memiliki seorang istri dan tiga anak yang semuanya sudah putus sekolah di tingkat sekolah dasar. Istrinya sakit-sakitan dan tak bisa lagi menjadi buruh cuci freelance sehingga jatah makan mereka semakin berkurang karena tak ada tambahan penghasilan. Si tukang gorengan harus berhutang untuk menambah modal jualannya setiap hari. Dari hari ke hari seiring kenaikan harga
Anda bisa meneruskan kisah ini sampai sejauh-jauhnya untuk mengeksplorasi penderitaan rakyat kecil seperti tukang gorengan. Di luar profesi ini, kehidupan rakyat kecil lainnya juga tak kalah penuh oleh cerita pilu yang tak ingin Anda simpan dalam memori otak belakang. Dari cerita rekaan itu, mungkin sebagian Anda tetap tidak bisa memahami mengapa seorang tukang gorengan harus bunuh diri karena harga minyak goreng melambung. Bunuh diri memang bukan solusi yang baik dari sudut pandang agama khususnya, tapi kematian seorang tukang gorengan yang bunuh diri tidak akan menjadi sia-sia jika sesudahnya pemerintah berupaya keras menurunkan harga minyak, harga
Jadi ketika seorang tukang gorengan mati bunuh diri, apakah dia kalah dalam perjuangannya sebagai rakyat? Ya, dia kalah tapi kekalahannya adalah sekaligus kemenangan, jika kemudian menggerakkan kita untuk berbuat sesuatu guna memperbaiki keadaan di sekeliling kita. (frg)
<< Home